Kamis, 28 April 2011

NAMAKU VIKA … MUNAVIKA

Hari ini aku sengaja mengambil cuti setengah hari dari tempatku bekerja. Dua tahun bekerja pada satu posisi membuatku jenuh dan ingin sesekali mengambil cuti pada waktu hari kerja; pula aku ingin sekali berkunjung ke tempat kerja kakakku Mbak Rini di stasiun radio GPFM.

Aku sengaja datang ke GPFM menjelang acara favoritku yang diasuh Mbak Rini “Diary Cintaku”. Sebentuk acara radio yang sering membuatku tersenyum, tertawa bahkan tercenung walaupun aku pun tahu banyak dari mereka inkonsisten bahkan kekanak-kanakan.

Aku sampai di GPFM lima menit sebelum acara mulai dan aku mengambil tempat duduk di dekat ruang studio sehingga aku bisa melihat Mbak Rini dan Bli Putu on air, maklumlah mereka semua sudah mengenalku sebagai adik dari Mbak Rini. Penelpon pertama seorang gadis SMP bau kencur yang sedang mabuk asmara bercerita tentang kisahnya, penelpon kedua seorang lelaki feminine yang menyukai Bli Putu, hmmm ada-ada saja. Aku tertarik dengan penelpon ketiga karena awalnya kuanggap seksi dengan suara yang mendesah-desah,

Halooo, Diary cintaku di sini, siapa di sana ?” Tanya Bli Putu dengan suara merdunya

Iyaah di sini Vika, ini Bli Putu yaah ?” Jawab suara di seberang sana.

Kamu mau cerita apa, Vik ?” Sambut Mbak Rini pula.

Begini, Mbak…saya bingung…

Mmmm…kenapa ya Mbak, setiap cowo yang jadi pacarku kok brengsek…

Kamu baru putus ya, Vik ?” sela Bli Putu.

Iya, Bli..

Mungkin kamu sebenernya suka sama cowo brengsek, Vik” sela Bli Putu dengan nada berkelakar.

Ihhh…amit-amit deh, Bli

Kalau boleh tahu, brengsek yang gimana sih, Vik ?” Tanya Mbak Rini

Semuanya, ga setia, Mbak, playboy.

Cowo-cowo mantanmu rata-rata ganteng ya, Vik ?

Ahh, enggak juga, Mbak, biasa aja kok…mmmm tapi kata teman-teman Vika sih, mereka ganteng .

Bli Putu dan Mbak Rini lalu saling pandang dan mereka berdua nyengir mendengar jawaban Vika.

Padahal aslinya Vika ga suka cowo ganteng lho Mbak, Bli…mereka suka nyakitin.

Vika tuh senengnya sama cowo yang setia, melindungi, menyayangi, pengertian, pinter, and kebapakan.

Ganteng ?” Tanya Mbak Rini.

Enggak, Mbak, ganteng kan cuma bonus bukan itu yang Vika cari. Kan, sudah Vika bilang, Vika ga suka cowo ganteng

Berarti cowo yang baru putus sama kamu setia, melindungi, dan menyayangi dong…

Enggak, Mbak, malah brengsek banget ! “ Jawab Vika setengah merajuk kesal.

Terus, awalnya kamu suka sama dia gimana Vik ?

Dia awalnya ngajak kenalan waktu di halte depan kantor pas Vika mau pulang kerja, kami ngobrol sebentar terus tukeran nomer HP.

Terus kami sering sms-an, telpon-telponan, terus dia main ke rumah Vika.

Kok, kamu bisa cepet mau tukeran nomer HP waktu pertama kenalan, Vik ?

Mmmmmm…gimana yaahh…pas pertama kali ketemu, dia ramah, sopan terus wajahnya, body-nya itu lho Mbak, enak dipandang.

Bukan ganteng ya, Vik ?” Tanya Bli Putu sambil nyengir.

Bukaaaaann !!! Iiihhhhh.

Bukan ganteng, Bli, tapi adeeemm.

Oooooooooooohhhhh” Sambut Mbak Rini dan Bli Putu bersamaan.

Lalu mereka berdua kembali nyengir.

Apa dia pengertian, melindungi dan pinter, Vik ?

Enggak juga sih, Bli, malah egois, and maunya menang sendiri, ga pinter juga.

Kok kamu bisa jalan sama dia, kan sebelum jadian kamu mestinya sudah menyelidiki sifat-sifatnya dong..

Mmmmm…gimana yaahh, Vika ga kuat sama kharisma sosoknya yang adem itu, Mbak.

Nah..lho berarti kamu ga konsisten dong sama kriteriamu…

Gimana yaahh…mungkin karena cinta tu masalah hati, ya, Mbak, ga bisa dipastiin.

Vika yang baik, kamu mau ga Mbak kenalin sama cowo yang setia, melindungi, pinter, dan sopan ?

Serius, Mbak ?

Serius, kamu datang saja ke sini.

Makasih, Mbak dan Bli, met sore

Dua penelpon selanjutnya kurang kuperhatikan karena aku asyik membaca bebrapa tabloid dan surat kabar yang tergeletak di bangku sampingku.

Selesai mengasuh acara “Diary Cintaku”, Mbak Rini mendatangiku lalu sambil tersenyum.

Nin, kamu ingin memperluas pengalamanmu kan ?

tentang apa, Mbak ?

Nanti, kalau Vika datang, Mbak kenalin ke mamu ya ?

Aduuhhh, Mbak, jangan !

Kenapa ?

Aku kan ga ganteng sama sekali, pula bodyku kan penuh tebaran lemak kemana-mana..

Justeru itu, Nin, di sini kamu belajar tentang manusia, tentang sebuah konsistensi.

Aku sebagai kakakmu kan tahu watakmu baik alamiah, nah, sekarang hadapi Vika sebaik-baiknya yaa..

Sepuluh menit kemudian terdengar suara sebuah kendaraan motor bebek di depan teras stasiun GPFM, tak lama kemudian seorang gadis dengan wajah yang manis dan tubuh yang lumayan indah memasuki lobi resepsionis dan menanyakan tentang Mbak Rini dan Bli Putu. Tak lama kemudian Mbak Rini muncul dari dalam lalu dia menggamitku yang sejak tadi sudah keluar ke lobi GPFM.

Kamu Vika yaa ?” Tanya Mbak Rini

Iyaa, Mbak Rin, namaku Vika…Munavika

Waaah…namamu kok..

Kedengaran seperti kata ‘munafik’ ya, Mbak” sambut Vika

Iya.” Jawab Mbak Rini singkat.

Tapi pake ‘V’ lho, Mbak, bukan ‘F’ “.

Ooohh…ini kenalkan adik laki-lakiku, Anindya

Lalu kami saling berkenalan. Aku mencoba seramah mungkin dan sesopan mungkin, tapi aku sadar tampangku jauh dari ganteng. Aku bercerita tentang banyak hal ringan, tapi tampak sekali dia merasa tidak nyaman berbincang denganku, bahkan berulang-ulang dia melirik jam tangan girly-nya. Akhirnya, tak lama kemudian dia pamit pulang.

Setelah Vika pamit pulang, Mbak Rini mendatangiku lalu dia bertanya,

Gimana, Nin ?

Huuuuuuhhhh, aneh Mbak, hambar !

Dari awal dia sudah pasang muka jijik setelah melihat siapa aku, seperti melihat bangkai tikus saja !

Nah.. Nin, kamu di sini belajar bagaimana manusia itu inkonsisten, dia bisa berkata muluk-muluk seolah-olah mulia, namun perilaku dan apa yang dipilihnyalah yang menunjukkan keasliannya.

Si Vika, sebenarnya mudah jatuh hati pada cowo tampan hanya dia mencoba menyangkal dan membohongi dirinya sendiri, lalu menutupinya dengan istilah klise ‘masalah hati’ itulah manusia, Nin, penuh inkonsistensi.

Kata-kata Mbak Rini ini begitu membekas di dalam benakku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pentjerita-pentjerita Goemoel Djiwa

Mengenai Saya

Foto saya
Blog ini merupakan saranaku untuk menuangkan cerita-cerita pendek yang scene-nya melintas di benak saya. Kisah-kisah di sini kudus/suci dari jiplakan/plagiatan/contekan sehingga jika ada kisah yang sama persis dengan yang saya tuliskan bisa dipastikan membajak/menjiplak/memplagiat dari cerpen saya.