Rabu, 29 September 2010

Gadis Renta Dan Mawar Plastik

Puluhan tahun sudah gadis renta itu setiap sore duduk di atas kursi kayu mahoni peninggalan kakek buyutnya, seperangkat kursi yang dibuat dari batang sanak saudaraku yang lebih tua. Tak pernah sedetikpun dia lepas menggenggam setangkai mawar plastik berwarna marun, dan selalu mengulasi dirinya dengan dandanan yang menurutku agak berlebihan.

Di usianya yang menginjak limapuluh inipun dia masih melakukan hal yang sama seperti ketika dia remaja, menunggu sang pangeran yang telah menanam bunga mawar plastik. Selama beratus-ratus kali dia bercerita tentang pangeran impiannya~sang penanam mawar plastik~ yang tak tergantikan itu sejak dia remaja di usia enambelas; beratus-ratus kali pula kugunakan angin untuk menasihatinya melalui rekahan kering sayap-sayap buahku yang meluruh ke tanah, Namun apalah artinya; dia tak mengerti bahasaku walaupun aku mengerti kata-katanya.

Telah beratus-ratus pemuda dengan berbagai bentuk menawarkan Anggrek, Tulip, Cana, Yasmine, Margot, Bakung, Edelweiss, bahkan mawar ulas marun asli, tapi semuanya kandas oleh mawar marun plastik di tangannya.

Pernah suatu ketika seorang cenayang pembaca gurat daun dan buah yang lewat di dekatku kuluncuri ratusan sayap buah keringku yang berisi kisah-kisah galau sang gadis beserta nasihat-nasihatku. Kuminta dia menyampaikan ungkapku pada si gadis, namun selesai si cenayang membacakan uraian-uraian dari buah keringku si gadis malahan menanggapi:

" Aku tahu tentang nasihat-nasihat itu, Tuan, karena aku selalu menggunakannya untuk menghibur dan membuka wawasan hati sahabat-sahabatku, tapi...nasihat itu tidak berlaku untukku. "

" Jadi sebaiknya Tuan pergi saja, tak ada gunanya Tuan membacakan nasihat dari sebatang pohon mahoni yang sudah lama kuketahui pula." Lanjutnya ketus.

Kini dia masih setia di usianya yang menguzur menanti Pangeran Penanam Mawar Plastik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pentjerita-pentjerita Goemoel Djiwa

Mengenai Saya

Foto saya
Blog ini merupakan saranaku untuk menuangkan cerita-cerita pendek yang scene-nya melintas di benak saya. Kisah-kisah di sini kudus/suci dari jiplakan/plagiatan/contekan sehingga jika ada kisah yang sama persis dengan yang saya tuliskan bisa dipastikan membajak/menjiplak/memplagiat dari cerpen saya.